Alkisah di negeri baghdad ( sekarang adalah nama kota negara irak ), ada
seorang anak sedang mencari sebuah pekerjaan. Setelah beberapa hari berjalan
seorang diri, ia bertemu dengan seorang kakek yang membutuhkan seorang pekerja untuk
waktu tiga hari.
Terjadilah saling tawar antara kakek dan
anak tersebut, hingga akhirnya anak itu mengajukan sebuah persyaratan:
“ bila kakek setuju, saya akan bekerja
disini. Namun ada satu permintaan yang harus kakek penuhi.”
“permintaan apa itu, nak ?” tanya si
kakek.
“begini, kek. Bila waktu sholat
izinkanlah saya istirahat karena saya akan sholat. Setelah itu saya akan
bekerja kembali.”
“oh.........itu permintaanmu, nak. Kalau
begitu silahkan saja.”
“terimah kasih kek!”
Setelah ‘itu permintaan itu
diluluskan,anak tersebut bekerja di tempat
kakek. Untuk imbalanya, kakek menjanjikan memberi ubah sebesar 1 dirham setiap harinya.
kakek. Untuk imbalanya, kakek menjanjikan memberi ubah sebesar 1 dirham setiap harinya.
Ternyata anak tersebut rajin dan giat
dalam bekerja. Setiap adzan tiba, dia istirahat dan menggunakannya untuk melaksanakan
sholat. Setelah itundia meneruskan pekerjaannya tanpa mengenal lelah.
Melihat perilaku anak itu, diam – diam
kakek berjanji akan menaikkan upah kerja sebesar tiga kali lipat.
Tiga hari telah berakhir. Kakek
memanggil anak itu.
‘’nak,engkau telah bekerja selama tiga
hari. Kakek akan memberimu imbalan. Karena engkau rajin, kakek akan memberimu 9
dirham.”
Tapi apa kata anak tersebut??
“terima kasih, kek! Bukan saya tidak mau
menerima pemberian kakek tapi sesuai perjanjian pertama, kakek akan memberi
satu dirham sehari. Maka saya hanya akan mengambil 3 dirham saja. Maaf, bila
kakek tersinggung.”
“yah, kalau itu kemauanmu, tak apalah.
Lain kali kalau Aku perlu pekerja lagi, engkau akan kucari.”
“terima kasih, kek, Assalamu’alaikum”
Setelah beberapa minggu anak itu pergi,dan
kakek memerlukan pekerja lagi. Maka dicarilah anak tersebut. Memang tak mudah
mencari anak itu, tapi akhirnya ketemu juga.
“assalamu’alaikum bagaimana, sehat
nak??”
“wa’alaikum salam,.,,. alhamdulillah,
kek,Allah memberi saya kesehatan.,.,,ada apa kakek mencari saya?”
“nak sebenarnya begini, kakek mencarimu
karena kakek memerlukan pekerja, bagaimana, bersedia??”
“kakek, kebetulan saya sedang mencari
pekerjaan. Tapi sanggupkah kakek dengan syarat yg saya ajukan?”
“syarar apa, nak?” tanya kakek
“begini kek.,.,pertama, kalau tiba waktu dzuhur, saya minta diantar
kerumah. Kedua, kalau saya meninggal, kuburkan memakai kain kafan ini” tanyanya
sambil memperlihatkan kain kafan.
Perkataan anak tersebut membuat kakek
terheran-heran.
“nanti dulu, nak! Bagaimana kau ini?
Bekerja saja belum. Kok memikirkan mau meninggal segala”?
“Dan tolong kakek ingat amanat saya
ini.di saku baju saya, ada berlian bermata hijau.sampaikan berlian ini kepada
raja harun Ar-Rasyid sekalian pesan saya beikut ini:Hai Raja Harun Ar-Rasyid!
Hati-hati jangan tergoda oleh harta, sebab engkau akan menyesal kalau ajal
sudah datang seperti pada anakmu.itulah syarat saya,sanggup?”
Meskipun masih merasa heran, kakek menyutujuinya.
“insya allah nak!”
Lalu anak itu pun bekarja.setiap tiba
waktu zuhur, ia diantar pulang. Kata-kata si anak itu terngiang-ngiang di benak
kakek.”diantar pulang ke rumah ...kuburkan ...ajal pada anakmu...”
Suatu hari ketika anak itu diantar
pulang, ia bertanya kepada kakek.
“ apakah kakek masih ingat amanat dari
saya ?”
“ Insya allah, nak, “ jawab kakek.
“ Terima kasih, kek ! tapi supaya kakek
tak lupa, saya akan mengulanginya lagi.”
“ silakan, nak !”
“ pertama, kalau telah tiba waktu dzuhur
saya minta diantarkan kerumah, kedua, kalau saya meninggal, kuburkan memakai
kain kafan ini. Dan tolong sampaikan berlian bermata hijau yang ada disaku saya
kepada raja harun ar-rasyid sekalian berpesan : hai raja harun ar-rasyid !
hati-hati jangan tergoda oleh harta, sebab engkau akan menyesal kalau ajal
sudah datang seperti kepada anakmu.”
Setelah selesai mengulangi persyaratan
tersebut, ia membaca syahadat ” Asyahadu anlaa ilaaha illallah wa asyhadu anna
muhammadar rasululloh.” Kemudian ia menghembuskan nafas terakhir. . . . .
“ Innalillahi wa inna ilaihi raaji’un”
kakek terkejut melihat adegan itu terjadi didepan matanya. Tetapi ia segera
ingat dengan amanat anak tersebut. Setelah jenazahnya dikuburkan kakek bergegas
menuju kekerajaan.
Dikerajaan Harun ar-rasyid, sedang
diadakan sayembara. “Siapa saja yang dapat menemukan anak raja yang bernama
Al-madi akan diberi hadiah sebesar 1.000 dirham”
Meski telah disayembarakan dan dicari ke
mana-mana, anak itu tidak juga ditemukan, sehingga raja semakin berduka.
Dari kejauhan tampak seorang kakek
menuju pintu gerbang istana yang dijaga ketat oleh para hulubalang. Karena
pintu gerbang istana dijaga ketat, ia harus meminta izin kepada hulubalang.
Ternyata meminta izin untuk menemui raja sangat sulit. Kakek itu hampir putus
asa dibuatnya. Syukurlah dia teringat bahwa kerajaan sedang mengadakan
sayembara, maka diapun berkat :
“ Tuan hulubalang, saya datang mau ikut
sayembara, barangkali yag saya temukan adalah anak baginda raja”
“Betulkan itu? Awas kalau bohong, saya
tebas leher kamu!” kata hulubalang”.
“Tunggu dulu disini ! saya akan
memberitahukan raja.”
Kemudian kakek yang menunggu diluar
disuruh menghadap raja.
“Engkau menemukan anak saya?” tanya raja
harap-harap cemas.
“Sebenarnya saya mau menyampaikan amanat
dari seorang anak yang meninggal kemarin.”
“Amanat apa?” tanya raja agak kecewa.
“Dia menyuruh saya menyampaikan permata
berlian hijau kepada baginda dan juga. . .”
“Ini kan. . . .ini permata milik anak
saya,” kata raja mulai gelisah.
“Pesan anak itu begini baginda: “Hai raja
Harun ar-rasyid hati-hati engkau jangan tergoda oleh harta, sebab engkau akan
menyesal kalau ajal telah datang seperti kepada anakmu.”
Mendengar pesan itu, raja menjadi sedih
karena permata yang diperlihatkan oleh sang kakek adalah permata milik anaknya,
Al-madi. Permata itu ia berikan untuk bekal selama mengembar.
“Sebenarnya anak itu adalah anakku.
Namanya Al-madi. Oh Al-madi maafkan ayahmu. Kau benar, harta hanya membuat lupa
kepada allah. Permata yang ayah bekalkan untukmu, ternyata masih utuh. Betapa
sederhananya hidupmu. Terima kasih atas pesanmu yang telah menyadarkan ayah.
Terima kasih anakku hu. . .hu. . .”
“ Kakek, karena engkau telah memelihara
anakku maka engkau akan kuberi imbalan 1.000 dirham tiap bulan. Silakan datang
kesini setiap bulan untuk mengambilnya.”
“Terima kasih, baginda.”
Raja Harun ar-rasyid setiap bulan
berziarah kemakam Al-madi. Sedangkan kakek setiap bulan mengambil uang 1.000 dirham. Namun setelah berapa bulan dia
tidak datang lagi mengambil uang imbalan itu. Karena dia menyadari
kesederhanaan Al-madi sewaktu bekerja dirumahnya. Dia pun tidak mau disangka
berbuat baik karena ingin mendapatkan imbalan. Akhirnya raja dan kakek itu
beriman kepada Allah dengan iman yang sebenar-benarnya.
No comments:
Post a Comment
SEMOGA Manfaat ,Untuk Semua aminnnn.... eh..... ya 1 lagi Jangan Lupa Coment Ya.....hehehehehehe
salam master.........