English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Saturday 1 June 2013


Tanpa Mu


Senyum Mu.........
Tawa Mu.........
Wajah Mu.........
Sungguh Aku rindu.........
                                    Rinduku buat ku gila
                                    Sehari tanpa Mu
                                    Serasa se-tahun bagi Ku
                                    Aku telah terpikat oleh sosokmu
Sosok yang  Aku puja selama ini

Kenangan Kelam


Dulu kita berdua...........
Sekarang tinggal kenangan..............
Kenangan terindah saat kita berdua...........
Sia-sia sudah begitu saja.............
                                    Kini Aku dan kau.........
                                    Mencari hidup baru...........
                                    Mencari pasangan yang lebih baik..........
                                    Aku dan kau terasa jauh sekrang..........
Begitu indah saat-saat kita berdua

Pesan sang putra raja


Alkisah di negeri baghdad ( sekarang adalah nama kota negara irak ), ada seorang anak sedang mencari sebuah pekerjaan. Setelah beberapa hari berjalan seorang diri, ia bertemu dengan seorang kakek yang membutuhkan seorang pekerja untuk waktu tiga hari.
        Terjadilah saling tawar antara kakek dan anak tersebut, hingga akhirnya anak itu mengajukan sebuah persyaratan:
        “ bila kakek setuju, saya akan bekerja disini. Namun ada satu permintaan yang harus kakek penuhi.”
        “permintaan apa itu, nak ?” tanya si kakek.
        “begini, kek. Bila waktu sholat izinkanlah saya istirahat karena saya akan sholat. Setelah itu saya akan bekerja kembali.”
        “oh.........itu permintaanmu, nak. Kalau begitu silahkan saja.”
        “terimah kasih kek!”
        Setelah ‘itu permintaan itu diluluskan,anak tersebut bekerja di tempat

WASERBA(Warung Serba Ada)

            
Di sebuah kebun tumbuhlah berbagai jenis tanaman. Semua tumbuh dengan asri. Udara sekitar kebun sejuk dan nyaman.

            Pada suatu hari terdengar percakapan dikebun itu.

Pohon sawo,  sambil menggeliat berkata: “Aku heran. Untuk apa kamu ditanam,                     wuluh? Buahmu amat masam. Mana ada orang yang mau memakanmu?”

Pepaya:           “betul wo, belimbing wuluh tak ada gunanya. Lain dengan kita. Buah kita disukai orang. Tebal dagingnya, manis rasanya, sedap.”(pepaya mencibir belimbing wuluh).

Belimbing wuluh: “Siapa bilang aku tak berguna? Orang memakai buahku untuk bumbu ikan. Aku dapat dijadikan obat batuk, hebat. . .kan. kamu sawo, kulitmu gelap cokelat, jelek.”